Apakah Wanita yang Sedang Haid Boleh Membaca Al-Quran?

Apakah Wanita yang Sedang Haid Boleh Membaca Al-Quran?
Menurut ust. Felixsiauw melalui akun twitternya, seperti inilah kira-kira:
 
Lelaki dan wanita, sama dicipta sempurna. Mereka dicipta sebaik-baik penciptaan oleh Sang Pencipta. Adapun perbedaan diantara mereka bukan berarti pilih kasih. Ia dimaksudkan melengkapi satu sama lain hingga utuh.

Bagi Muslimah, ia dapatkan kehormatan dari Allah dengan miliki rahim yang membentuk hubungan kerabat, silaturahim. Karena itulah wanita selalu didatangi tamu bulanan, bukan sebagai hukuman namun sebagai tanda kesuburan. Maka haid harusnya tidak dianggap jadi beban, itu hanya bentuk ibadah kepada Allah dengan cara yang lain.

Saat haid shalat yg ditinggal karena Allah adalah pahala. Larangan-larangan yang ditaati karena Allah berbuah surga. Jangan dikira tak dapat lakukan shalat saat haid sebagai pengurang kebaikan. Bila itu diperbuat karena Allah itu sebenar kebaikan. Lagipula, tidak semua ibadah terlarang dilakukan saat haid. Masih banyak sekali ibadah yang tetap bisa dibuat saat haid.

Membaca Al-Qur'an, dzikrullah, membaca buku Islam, berdoa, ikut kajian Islam dan sebagainya, takkan pernah habis kebaikan bagimu :)
membaca Al-Qur'an? bukankah tidak boleh dalam keadaan tak suci?
Begitulah pemahaman umum, mari kaji dalil kebolehannya.

Pertama-tama, ini adl dalil yg melandasinya, 
"tidak menyentuhnya (Al-Qur'an) kecuali orang-orang yg disucikan" (QS 56:79)

Juga hadits shahih dari Nabi Muhammad saw, 
"tidak boleh menyentuh Al Qur’an kecuali engkau dalam keadaan suci” (HR Al Hakim)

maka kedua dalil diatas cukup menjadi alasan tidak bolehnya wanita haid (tak suci) atau lelaki junub (tak suci) menyentuh Al-Qur'an. Maka mushaf Al-Qur'an (lembaran-lembaran Al-Qur'an), termasuk sampul dan keseluruhan buku, harus disentuh dlm keadaan suci. Namun dalil diatas membahas tentang menyentuh Al-Qur'an, bukan hukum membaca Al-Qur'an. Mmari kita simak dalil lain.

Satu waktu Rasulullah dan Aisyah sedang ingin melaksanakan umrah, namun Aisyah dapatkan haid pada masa itu. 

"lalu berhajilah, lakukan apa yg dilakukan oleh orang yg berhaji kecuali thawaf dan shalat” 
(HR Bukhari Muslim)

bila membaca Al-Qur'an adalah termasuk amalan utama bagi yg berhaji, maka ini menunjukkan bolehnya wanita haid membaca Al-Qur'an. Ibnu Taimiyah dalam Majmu Al-Fatawa juga menyetujui pendapat demikian, bahwa Muslimah boleh membaca Al-Qur'an saat haid.

boleh membaca Al-Qur'an saat haid, hanya saja bagi wnaita haid, dilarang mereka untuk menyentuh Al-Qur'an ketika membaca Al-Qur'an. Maka silahkan membaca Al-Qur'an, dan gunakan sarung tangan atau kain untuk memegang mushaf Al-Qur'an dan membalikkan halamannya.

kesimpulannya diperbolehkan membaca Al Qur’an bagi wanita haid dan nifas, asalkan tidak menyentuh mushaf Al Qur’an. Inilah pendapat Imam Malik, Abu Hanifah dan Imam Ahmad bin Hanbal, juga Imam Bukhari, Ibnu Hazm, dan Ibnu Taimiyah. Mengenai membaca Al-Qur'an dalam keadaan hadats kecil, maka itu boleh saja, namun lebih utama memiliki wudhu.

“kaum muslim bersepakat bolehnya membaca Al-Quran untuk org yg hadats kecil, lebih utama hendaknya dia berwudhu" (Imam Nawawi)

Bagaimana membaca hafalan Al-Qur'an?
Maka ia dibolehkan baik dlm keadaan hadats besar atau hadats kecil. Dekati Al-Qur'an, ia bacaan terbaik dimuka bumi. Bila TL terus kita pantau, Al-Qur'an lebih layak di kaji :)
begitu pula ikuti kajian di masjid, dalil yg dipakai sama, ketika Rasul perbolehkan segala hal pada Aisyah kecuali thawaf dan shalat. Maka ada pendapat yang mengatakan bahwa Muslimah haid pun boleh memasuki masjid selama ada keperluan ikuti kajian. Tentu saja selama Muslimah yg sedang haid ini bisa menjaga tidak mengotori masjid dan tempat shalat :)

demikian yg bisa kita share, kebenaran milik Allah. Pendapat lain bukan berarti salah, selama ada dalil, beda itu boleh.Termasuk amal yg boleh dilakukan saat haid: memotong rambut dan kuku, dan tidak perlu dikumpulkan untuk dicuci pas suci :)

FYI di Islam Itu Indah, ust. Maulana bilang sebaiknya rambut dan kuku dikumpulkan untuk dicuci setelah selesai haid. Wallahualam :-/

My Birthday (again)

Assalamu'alaikum...

Alhamdulillahirabbil 'alamiin... ini malam pertama saya di usia yang... sudah tidak semuda tahun kemarin. Hhehe... itu artinya saya harus bisa lebih bijak dalam menyikapi segala sesuatunya.

Selamat ulang tahun juga untuk sahabatku Fifi Apriyanti ^^, yang sudah bertahun tak bersua.
Special thanks to my friends yang sudah mendo'akan berbagai hal yang baik-baik untuk saya. Semoga do'a kalian dikabulkan semuanya oleh Allah, dan kebaikan pula pada kalian. Aamiiin... ^_^

Selamat ulang tahun.. 

Semoga panjang umur
Semoga Sehat selalu
Semoga makin canggih
Semoga makin kreatif
Disayang teman, bapak ibu, dan semua orang
Selalu jadi kebanggaan orang tua
Selalu mendapat barakah dari Allah
Semoga selalu ada di jalan Allah
Cepet ketemu jodohnya
Jadi wanita solehah
Jadi lebih bijak dari hari ke hari
Jadi pribadi yang lebih baik
Bermanfaat untuk sesama
Bisnisnya lancar
Makin sukses karirnya 
Apapun yg dicita-citakan dapat tercapai
Semoga kehidupan sukses selalu dan diberi kesempurnaan hidup

GOD BLESS AND BEST WISHES FOR YOU (TOO)



Menipu Tuhan

Abu Nawas sebenarnya adalah seorang ulama yang alim. Tak begitu mengherankan jika Abu Nawas mempunyai murid yang tidak sedikit. Diantara sekian banyak muridnya, ada satu orang yang hampir selalu menanyakan mengapa Abu Nawas mengatakan begini dan begitu. Suatu ketika ada tiga orang tamu bertanya kepada Abu Nawas dengan pertanyaan yang sama.

Orang pertama mulai bertanya, "Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang pertama.
"Sebab lebih mudah diampuni oleh Tuhan." kata Abu Nawas.
Orang pertama puas karena ia memang yakin begitu.

Orang kedua bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"
"Orang yang tidak mengerjakan keduanya." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang kedua.
"Dengan tidak mengerjakan keduanya, tentu tidak memerlukan pengampunan dari Tuhan." kata Abu Nawas.
Orang kedua langsung bisa mencerna jawaban Abu Nawas.

Orang ketiga juga bertanya dengan pertanyaan yang sama.
"Manakah yang lebih utama, orang yang mengerjakan dosa-dosa besar atau orang yang mengerjakan dosa-dosa kecil?"
"Orang yang mengerjakan dosa-dosa besar." jawab Abu Nawas.
"Mengapa?" kata orang ketiga.
"Sebab pengampunan Allah kepada hambaNya sebanding dengan besarnya dosa hamba itu." jawab Abu Nawas.
Orang ketiga menerima aiasan Abu Nawas.

Kemudian ketiga orang itu pulang dengan perasaan puas.

Karena belum mengerti seorang murid Abu Nawas bertanya.
"Mengapa dengan pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda?"
"Manusia dibagi tiga tingkatan. Tingkatan mata, tingkatan otak dan tingkatan hati."

"Apakah tingkatan mata itu?" tanya murid Abu Nawas.
"Anak kecil yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu kecil karena ia hanya menggunakan mata." jawab Abu Nawas mengandaikan.

"Apakah tingkatan otak itu?" tanya murid Abu Nawas.
"Orang pandai yang melihat bintang di langit. la mengatakan bintang itu besar karena ia berpengetahuan." jawab Abu Nawas.

"Lalu apakah tingkatan hati itu?" tanya murid Abu Nawas.
"Orang pandai dan mengerti yang melihat bintang di langit. la tetap mengatakan bintang itu kecil walaupun ia tahu bintang itu besar. Karena bagi orang yang mengerti tidak ada sesuatu apapun yang besar jika dibandingkan dengan KeMaha-Besaran Allah."

Kini murid Abu Nawas mulai mengerti mengapa pertanyaan yang sama bisa menghasilkan jawaban yang berbeda.

la bertanya lagi. "Wahai guru, mungkinkah manusia bisa menipu Tuhan?"
"Mungkin." jawab Abu Nawas.
"Bagaimana caranya?" tanya murid Abu Nawas ingin tahu.
"Dengan merayuNya melalui pujian dan doa." kata Abu Nawas
"Ajarkanlah doa itu padaku wahai guru." pinta murid Abu Nawas

"Doa itu adalah : llahi lastu HI firdausi ahla, wala aqwa'alan naril jahimi, fahabli
taubatan waghfir dzunubi, fa innaka ghafiruz dzanbil 'adhimi.

Sedangkan arti doa itu adalah : Wahai Tuhanku, aku ini tidak pantas menjadi
penghuni surga, tetapi aku tidak akan kuat terhadap panasnya api neraka. Oleh
sebab itu terimalah tobatku serta ampunilah dosa-dosaku. Karena sesungguhnya
Engkaulah Dzat yang mengampuni dosa-dosa besar.


ini salah satu kisah abu nawas favorit saya di "ABUNAWAS SANG PENGGELI HATI" ^_^

Search This Blog