Hijrahku Pada Allah

Assalamu'alaykum...

Well, kisah seorang mu'allaf memang selalu menarik untuk disimak. Mengharukan, penuh perjuangan dan insyaAllah bisa menjadi motivasi bagi kita untuk meningkatkan keimanan. Untuk lebih memperbaiki diri, khususnya. Karena kebanyakan mu'allaf adalah muslim yang lebih taat dibanding orang yang muslim sejak lahir karena keturunan.
Berikut adalah kisah masuk islamnya seseorang yang saya terjemahkan dari blog pribadinya.

Ayesha Lucarelli, seseorang yang saya kenal via twitter.
Dia adalah perempuan eropa asli pertama yang saya tahu muslim, seorang muslimah Italia (kebanyakan muslim di eropa adalah keturunan timur). Saya tak banyak berfikir untuk langsung bertanya, "are you really italian, muslimah and wear niqab?" 

Hijrahku pada Allah

Assalamu 'Alaykum Wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,

"Jika benar-benar datang petunjuk-Ku kepadamu, maka barang siapa mengikuti petunjuk-Ku, tidak ada rasa takut pada mereka dan mereka tidak bersedih hati. 
Adapun orang-orang yang kafir dan mendustakan ayat-ayat Kami, mereka itu penghuni neraka. Mereka kekal di dalamnya." 
[QS. Al-Baqarah : 38-39]

Saya menerima email dan komentar-komentar termasuk beberapa pertanyaan tentang bagaimana saya masuk Islam (silakan baca post sebelumnya, klik di sini) bagaimana keluarga saya yang non-muslim menerima saya dan di atas segalanya saya meninggalkan Italia untuk tinggal di UK. Nanti lah saya coba untuk membalas email dan komentar. InsyaAllah.

Sekarang telah hampir 15 tahun saya meninggalkan Italia, waktu yang cukup lama! Jika kau bertanya apakah saya merindukannya, ya tentu saja. Saya merindukannya. Yang akan selalu jadi negara di mana saya dilahirkan, dimana keluarga saya tinggal dan di mana perjalanan saya dimulai bertahun-tahun lalu.

Pertama kali saya meninggalkan Italia, saat itu tahun 1998. Saya pergi karena saya harus mendapatkan pekerjaan dalam industri pariwisata dan Bahasa Inggris yang selalu dibutuhkan untuk pekerjaan semacam itu. Jadi saya meninggalkan kampung halaman untuk memulai perjalanan yang saya fikir, sebelum itu, hanya berlangsung beberapa bulan. Sedikit yang saya tahu saat itu, bahwa ternyata perjalanan akan berlangsung lebih dari 14 tahun...

jadi saya mendarat di London, UK, meninggalkan semua orang yang saya cintai, barang-barang saya, hidup saya, dan yang saya tahu sampai setelahnya... hanyalah sedikit uang di dompet dan satu koper dengan beberapa pakaian. Malam pertama saya tidur di atas lantai youth hostel, tidak selayaknya, saya tahu tapi saya tak tahu lagi ke mana harus pergi.

Saat itu saya bukanlah seorang muslim walaupun saya tetap percaya pada satu Tuhan, Pencipta surga dan bumi. Saya berdo'a pada-Nya sebelum tidur dan  hari-hari saya duduk di gereja atau kapel, berlutut, meminta-Nya untuk membimbing saya dan menjaga saya.

Itulah hari-hari gelap. Saya sering mempertanyakan keputusan saya meninggalkan rumah tapi saya tak punya pilihan. Saya harus belajar dan bekerja untuk meraih tujuan saya: menemukan pekerjaan dalam industri pariwisata.

Hari, minggu dan bulan telah berlalu. Selama masa itu saya sering menangis dan berdo'a pada Tuhan. Saya sering mengingatkan diri saya bahwa kesulitan yang saya alami akan berakhir suatu hari nanti. Tak ada yang abadi.

Setelah 7 bulan lamanya jauh dari keluarga, saya akhirnya siap untuk kembali ke rumah tapi apakah saya siap untuk kembali ke kehidupan saya semula?

Kembali ke Italia dan saya merasa terjebak seperti seorang tahanan. Saya merasa tidak nyaman dan sesuatu di dalam diri saya mengatakan untuk pergi lagi. Selama bulan-bulan itu saya berubah, sesuatu dalam diri saya berubah. Saya menyadari kemudian bahwa menjauh dari keluarga, tergantung hanya pada Tuhan memiliki dampak yang sangat mendalam pada jiwa saya.
Hari-hari gelap itu mengajarkan saya untuk memanggil Tuhan, untuk meminta pertolongan-Nya, untuk bergantung hanya pada-Nya dan mengerti bahwa Dia lah Maha Pemberi, bukan yang lain.

Jadi di sana saya kembali ke kampung halaman, merasa tidak senang, harus melarikan diri. Saya sedang memulai perjalanan baru tapi kali ini akan menjadi perjalanan hidup terbesar. Perjalanan spiritual yang mengubah hidup saya selamanya.

Untuk kedua kalinya, ketika meninggalkan Italia demi London, ibu saya lebih sedih, dia menangis lebih banyak di bandara ketika mengatakan selamat tinggal. Ini berbeda. Dia pasti memiliki "insting keibuan", dia pasti tahu bahwa saya pergi untuk waktu yang lebih lama, saya tidak kembali...

Kedua kalinya, saya meninggalkan lagi semua orang yang saya cintai, barang-barang saya, hidup saya dan yang lainnya. Tapi Saat ini hati saya terisi dan dalam kedamaian.

Selama perjalanan kedua, saya tidak hanya meninggalkan satu negara untuk negara lainnya, tapi hati saya akan bermigrasi juga, berimigrasi pada Tuhan!

Semuanya terjadi selama setahun di London. Ketika bekerja, belajar dan bertemu teman-teman. Inilah perubahan yang berangsur-angsur dalam diri saya.
Saya meninggalkan semua materi dunia yang menjebak saya dan menemukan jalan untuk kehidupan yang lebih spiritual.

Hari ketika saya mengucapkan syahadat, (deklarasi keyakinan untuk menjadi seorang muslim), dengan masing-masing kata saya rasakan sangat berat di dada, bahkan terasa lebih nyeri. Saya merasa bebas. Hati saya merasa suci dan akhirnya saya kembali pada Sang Pencipta.

Pada hari itu, ketika saya menolehkan wajah ke para jemaah yang menunggu di belakang saya ketika saya di depan imam mengulangi kata-kata syahadat, saya telah menyadari kenapa saya mengalami perjalanan pertama. Allah ingin menyiapkan saya. Dia menyiapkan jiwa dan hati saya untuk melepaskan kehidupan lama saya, teman-teman lama, barang-barang, bahkan keluarga saya.
Dan ketika Allah mengosongkan tangan kita, bukan berarti untuk mengambil tetapi untuk mengisinya dengan hadiah yang lebih besar. Yang saya dapatkan jauh lebih besar daripada keluarga, jauh lebih besar daripada hadiah dan lebih daripada barang-barang atau materi kekayaan yang tak pernah saya bayangkan; hati saya akan melalui perjalanan yang paling besar yang pernah ada: Hijrah pada Allah.

Sekarang saya tahu mengapa saya mengalami hari-hari gelap itu selama perjalanan pertama saya. Kenapa saya harus memberikan semua yang saya miliki, termasuk keluarga saya. Allah ingin menunjukkan pada saya bahwa ada yang jauh lebih hebat dan kehidupan lebih terhormat setelah perjalanan sementara di bumi ini. Saya bisa melihatnya dengan sangat jelas dan ini luar biasa!

Segalanya memiliki makna yang baru sejak hari di mana saya mendeklarasikan syahadat. Saya mengubah jalan saya, hidup saya dan memulai sekali lagi.

Saya merindukan keluarga saya, teman-teman saya, kota saya, pekerjaan saya, bahkan sepasang celana jeans tua saya yang saya tinggalkan di laci terakhir kamar tidur saya (duh!).
Tapi sejak menerima Islam 14 tahun lalu, saya menjadi sadar pada tujuan hidup. Sekarang saya melihat segala sesuatunya di sekitar saya dengan mata yang berbeda, saya menghargai hal kecil yang saya miliki dan menemukan kebahagiaan pada hal-hal kecil. Saya mengerti Allah memiliki rencana untuk kita semua dan semuanya terjadi untuk sebuah alasan.

Saya merasa diridhai dan dalam kedamaian.

Wa 'alaykum assalam wa Rahmatullahi Wa Barakatuhu,

Ayesha

===

artikel aslinya ada pada : My Hijra To Allah (klik!)
dan jika Anda memiliki akun twitter, sila follow @AyeshaLucarelli 
kalau mau follow @retnodn juga disilakan :) 
Hhehe...

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog