Katanya, langit itu selalu tahu setiap muram yang ada di bumi,
melalui malaikat-malaikat tanpa sayap miliknya. Maka ia akan mengirimkan
ribuan rintik hujan yang menari dipayungi awan, untuk menghapus setiap
kesedihan, melarutkan setiap kehilangan, menghanyutkan setiap luka dan
setiap kecewa dalam muara yang terlalu jauh untuk terulang.
Kemudian setelahnya, ia akan melukis pelangi di tepian hati
masing-masing jiwa yang masih terbelenggu pada kesakitan yang terlalu
nanar dalam debar yang mencecar. Dan ia akan meninggalkan segenggam
bahagia di ujung nyata yang tak mampu ditangkap mata, untuk mengganti
setiap rasa yang terabaikan, mengganti setiap asa yang terlupakan.
Dan kini, hingga hujan tak mengunjungi dan mengirimkan pelangi,
setiap muram masih berupa jengah yang tak sekalipun mau mengalah, hingga
sedemikian lelah, sedemikian resah.
Lalu, dimana langitku?
Apakah masih terbawa kamu?
-chiffon cake-
Subscribe to:
Post Comments
(
Atom
)
0 comments:
Post a Comment