99 Cahaya Di Langit Eropa

Sebuah catatan perjalanan spiritual Hanum dan Rangga di negeri Eropa. Buku ini membuatku ter "wah-wah" sampe kebawa mimpi keliling Eropa! Secara dari kecil aku suka banget sama Barat; buku, film, aktor, sampe nasheed pun berbahasa Inggris.

Dari buku inilah aku menemukan kenyataan bahwa Islam benar-benar pernah mengalami puncak kejayaan di negeri setengah Asia setengah Eropa, Turki. *tadinya kemana aja Ret? 
ya... aku taunya Islam pernah berjaya di jamannya Sultan Harun Al-Rasyid. Hehe.. Ternyata banyak ya peninggalan-peninggalan Islam di Eropa. Lebih banyak dari yang aku tau.

Malah tadinya orang Eropa ada dalam masa kegelapan, mereka terlalu bodoh dan percaya aja sama apa yang dikatakan pendeta tanpa menyelidikinya terlebih dahulu.

Dari sini juga aku mulai tertarik sama sejarah kebudayaan islam. Islam itu keren banget, pernah jadi pusat mode seluruh dunia. Pokoknya segala sesuatu yang ada tulisan Arabnya dibilang keren sama orang Barat. Jadi aja pelukis lukisan bunda maria menambahkan sentuhan huruf Arab "Laa Ilaha Illa Allah" di kerudung bunda Maria biar keliatan barang mahal. Hehe... Tapi agak samar-samar gitu. Mungkin pelukisnya ga tau apa makna tulisan itu, cuma pernah liat di mana gitu..

Dan kalau dilihat dari cara berpakaian orang Eropa atau China jaman dulu, sopan-sopan banget ya? Aku yakin bukan karena cuaca jaman dulu lebih dingin daripada sekarang. Tapi karena Islam sedang berada pada masa kejayaannya. Pakaian mereka sama, menyerupai Gamis, kan? 
lihat saja Cinderella, Putri Salju, Baju Kimono, Baju Hanbok, Gaun Si Ular Putih... intinya sama. Gamis, kan? Sama-sama berlengan panjang dan terulur hingga telapak kaki. Tapi aku ga ngerti kenapa pakaian Princess Jasmine jadi yang paling terbuka di antara Princess Disney lainnya? Ya kecuali Little Mermaid karena dia tinggal di laut..

Dari buku ini pula aku tertarik mencari tahu masa keruntuhan khilafah. Di bagian buku ini diceritakan sedikit tentang runtuhnya khilafah (3 Maret 1924). Sedih banget pokoknya! Terlebih kenyataan bahwa Mustafa Kemal lah orang yang ikut-ikutan meruntuhkan khilafah. Secara khilafah terakhir itu kan Ottoman Turki dan Mustafa Kemal itu orang Turki juga! Ckckck... Udah gitu nama panjangnya Ghazi Mustafa Kemal Pasha At-Taturk pula. Asa ga cocok dia pake nama Ghazi (prajurit Allah).

Pokoknya buku ini bagus banget deh dijadikan pengantar untuk menemukan Islam. Buku ini bisa memberikan motivasi bagi kita pemuda bangsa untuk bangkit dan membangkitkan sistem politik Islam yang sudah terbukti ampuh memanajemen kehidupan seluruh manusia, yaitu Khilafah.
Aku jadi mikir, setelah runtuhnya khilafah, modus barat berikutnya adalah dengan membentuk negara dan membentuk pola pikir nasionalisme supaya muslim lupa sama Islam dan lebih membela negaranya. Bahkan beberapa sejarah penting bagi Islam ditutup-tutupi, biar kesannya seolah-olah pihak Barat yang paling benar. Jadi ILFEEL....!!!
Tapi sekarang kan banyak orang barat yang masuk Islam (walaupun banyak juga yang kembali kafir), tapi paling nggak mereka masuk Islam bukan karena keturunan, tapi InsyaAllah karena telah menemukan kebenaran. 

Dalam buku ini, diceritakan sedikit tentang Masjid di tepi danau Danube, Istana Top kapi, Hagia Sophia... menuntunku pada sejarah yang lebih dalam lagi melalui buku Muhammad Al-Fatih-nya ust.Felix Siauw.

Sinopsis

Aku mengucek-ucek mata. Lukisan Bunda Maria dan Bayi Yesus itu terlihat biasa saja. Jika sedikit lagi saja hidungku menyentuh permukaan lukisan, alarm di Museum Louvre akan berdering-dering. Aku menyerah. Aku tidak bisa menemukan apa yang aneh pada lukisan itu. ‘’Percaya atau tidak, pinggiran hijab Bunda Maria itu bertahtakan kalimat tauhid Laa Ilaaha Illallah, Hanum,’’ ungkap Marion akhirnya.
***
Apa yang Anda bayangkan jika mendengar “Eropa”? Eiffel? Colosseum? San Siro? Atau Tembok Berlin?
Bagi saya, Eropa adalah sejuta misteri tentang sebuah peradaban yang sangat luhur, peradaban keyakinan saya, Islam. Buku ini bercerita tentang perjalanan sebuah “pencarian”. Pencarian 99 cahaya kesempurnaan yang pernah dipancarkan Islam di benua ini.
Dalam perjalanan itu saya bertemu dengan orang-orang yang mengajari saya, apa itu Islam rahmatan lil alamin. Perjalanan yang mempertemukan saya dengan para pahlawan Islam pada masa lalu. Perjalanan yang merengkuh dan mendamaikan kalbu dan keberadaan diri saya.
Pada akhirnya, di buku ini Anda akan menemukan bahwa Eropa tak sekadar Eiffel atau Colosseum. Lebih…sungguh lebih daripada itu.

“Buku ini berhasil memaparkan secara menarik betapa pertautan Islam di Eropa sudah berlangsung sangat lama dan menyentuh berbagai bidang peradaban. Cara menyampaikannya sangat jelas, ringan, runut, dan lancar mengalir. Selamat!”
–M. Amien Rais (Ayahanda Penulis)
“Pengalaman Hanum sebagai jurnalis membuat novel perjalanan sekaligus sejarah ini mengalir lincah dan indah. Kehidupannya di luar negeri dan interaksinya dengan realitas sekulerisme membuatnya mampu bertutur dan berpikir ‘out of the box’ tanpa mengurangi esensi Islam sebagai rahmatan lil alamin.”
–Najwa Shihab (Jurnalis dan Host Program Mata Najwa, Metro TV)
“Karya ini penuh nuansa dan gemuruh perjalanan sejarah peradaban Islam Eropa, baik pada masa silam yang jauh maupun pada masa sekarang, ketika Islam dan Muslim berhadapan dengan realitas kian sulit di Eropa.”
–Azyumardi Azra (Guru Besar Sejarah, Direktur Sekolah Pascasarjana UIN, Jakarta)
“Hanum mampu merangkai kepingan mosaik tentang kebesaran Islam di Eropa beberapa abad lalu. Lebih jauh lagi, melihat nilai-nilai Islam dalam kehidupan Eropa. Islam dan Eropa sering ditempatkan dalam stigma ‘berhadapan’, sudah saatnya ditempatkan dalam kerangka stigma ‘saling menguatkan’.”
–Anies Baswedan (Rektor Universitas Paramadina dan Ketua Indonesia Mengajar)

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog