Sekali lagi bersamamu, karena terbiasa atau mencinta?


Benarkah ada persahabat yang murni antara laki-laki dan perempuan di dunia ini?

Mereka telah bersama untuk beberapa saat lamanya. Hanya ada persahabatan yang dilandasi perbedaan.
Halya yang melankolis-norak-periang bisa bersahabat dengan Raka yang logis-jenius-serius selama belasan tahun. Mereka bisa berbagi cerita apa saja dan mengerti kebiasaan masing-masing. Hingga kenyamanan itu perlahan datang... dan hati mereka telah memilih pada siapa untuk menambatkan hati.

Halya memiliki hubungan dengan Gilang yang penuh kejutan dan berbagai filosofi kopi. Bahkan Gilang melamar Halya dengan cara paling romantis. Sedangkan Raka menjalin kasih dengan teman sekampusnya yang paling anggun, Rina. Memang ada saat-saat dimana keseimbangan itu datang dan menciptakan kebahagiaan, ada pula saatnya ketika semua tampak sangat berbeda hingga takdir menuntun dua sahabat ini pada pernikahan.

Menikah bukan karena mereka telah jatuh cinta sebelumnya, melainkan karena kesamaan visi untuk hidup lebih baik. Dan kenapa orang yang menikah selalu diberi ucapan "selamat menempuh hidup baru"? Karena mereka harus meninggalkan orang-orang yang pernah mereka cintai di masa lalu. Cinta bisa datang dengan sendirinya setelah pernikahan. Tuhan tidak kejam. Tuhan tidak mungkin memberikan pasangan hidup tanpa sepaket dengan cinta.

Namun apakah menikah dengan sahabat sendiri bisa jadi semudah itu ketika masing-masing telah mengetahui seluruh isi hati di masa lalu?
Well, masa lalu memang seperti bumerang yang melesat pergi, suatu waktu ia akan kembali. Seperti Rina yang tiba-tiba hadir dalam kehidupan rumah tangga mereka untuk menawarkan lagi cinta yang masih tersisa untuk Raka. Bisakah mereka mempertahankan pernikahan ini?

Lalu, apakah arti cinta yang sesungguhnya?
Ada saatnya ketika cinta berarti ikhlas melepaskan orang yang dicintai demi kebahagiaannya. Tapi cinta juga bisa berarti melindungi komitmen untuk selalu bersama, apalagi dalam bingkai pernikahan.

Seluruh kisah yang rumit ini disajikan dalam sebuah novel Coupl(ov)e. Melalui gaya berceritanya yang menarik, Rhein Fathia berhasil menyeret para pembaca ke dunia khayalannya. Kita akan diajak memahami cinta dari sisi yang berbeda dengan sebuah pertanyaan besar: What if you marry your best friend?

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog