Cerita Sabtu Sore

waktu menunjukkan pukul 16:20.
Kondisi : masih kenyang, bosan, belom solat ashar, konsentrasi senin-kamis (baca: kadang konsen kadang nggak).
Padahal hari ini praktik membuat website. Entahlah, mungkin karena sudah sore jadi terasa menjemukan.

Kuping kanan disumpal headset yang memainkan lagu2 Westlife tempo doeloe, kemudian ngeliatin kuku.
"Lusy, kukunya masih kinclong nggak?"
"nih," katanya sambil memperlihatkan semua kukunya yang beberapa hari lalu digesek nail buffer. "Coba liat kukunya Retno,"
"nih," jawabku.
"kok cuma dua doang?"
"iya... kan waktu itu kita lagi sibuk ngerjain diagram"
"nih gw bawa lagi,"
"jjiah... bukan dari tadi. pinjem dong!" *bletak!*
"sabar, sabar..."
begitu nail buffer dikeluarkan dari plastiknya, Lusy dengan baik hati menggesekkannya ke kuku eyke *kedip2*

Kebetulan banget dosen memberi istirahat 10 menit untuk menuntaskan kebosanan kami.
Saat itu si gadis malang yang bernama Fatia juga melihat benda penginclong kuku itu jadi dia juga langsung minjem. Kemudian seorang cowok, yang sangat menginginkan namanya dirahasiakan, menghampiri Fatia untuk mendapatkan servis kinclong kuku gratis dari Fatia dengan ancaman "nggak pulang bareng". Akhirnya dengan patuh Fatia menuruti keinginannya, walaupun cuma jempol doang. ckckck....

16:30
Udah selesai menipedi, lanjut ngerjain web.
Hari ini terasa sial banget karena apapun aksi yang aku lakukan untuk web selalu nggak berhasil pada percobaan pertama. jadi malessss..........
haduh... lanjutin nggak ya?? udah nggak mood. next case lah!

Tiba-tiba saja laptop dosen bermasalah. Direstart melulu gitu deh.
"Retno, maju ke depan. Bawa laptopnya."
Deg!
Apa pula ini?! Mungkin karena aku duduknya di depan, paling dekat dengan meja dosen.....
Untungnya ladi nggak mood deg-degan. Dengan santai aku menggantikan laptop dosen dengan laptopku untuk dihubungkan ke projector.
"lha kok Facebook sih?" celetuk Iyan.
"ih ih ih... kok facebook?" sahut yang lain.
"HAH ?! Retno buka Facebook???" Akhirnya mereka bersahut-sahutan.

"cieh... Retno ngegantiin dosen..."
"cieh... asdos"

eits... sesungguhnya ini bukan pujian karena tak beberapa lama setelah itu terjadilah sesuatu.
C'mon... aku cuma disuruh bikin form input. Ok, tentu saja seluruh aktifitasku di laptop terjadi real-time terlihat di seisi kelas. aku melakukan sebuah kegagalan. berulangkali aku coba tapi ada masalah yang sebenarnya sepele, membuat fungsinya tak bekerja.

"yang lain sudah belum?" tanya dosenku.
"sudah pak" sahut mereka, hampir serempak.
"nah lo, kok yang di depan beloman nih?!"

Adegan sahut-sahutan lagi.
"aduuuh gimana sih, masa yang di depan beloman?"
"ya ampun Retno beloman? Opan aja udah,"
"hah?! Retno dikalahin Opan??"

"yang udah boleh pulang deh," kata dosen.
"Retno belom selesai, berarti nggak boleh pulang," kata salah seorang teman perempuan.
"akhirnya Lusy bersuara juga." komentar Arif.

Adegan sahut-sahutan lagi.
"lha, kok Lusy? orang kata Suci juga..."
"lha lha lha... kok Lusy sih dang?"
"hah? Lusy??"

kemudian setelah utak-atik dikit, akhirnya bisa juga dan aku boleh pulang seperti yang lainnya.
Retno - Lusy - Fatia - Barep shalat Ashar dulu di masjid Cevest.
Selesainya jam 5. Masih nungguin Fatia sama Ancha.
Tadinya mau langsung pulang aja sama si Barep. hehe...

Seperti minggu lalu, hari ini aku pulang naik kereta dari Tanjung Barat sama Barep.
Nyebrangnya lamaaaaaa banget. Motor banyaaaaakk banget.
Akhirnya berkat kenekatan kami berhasil juga sampai di seberang.

Berjalan menelusuri pinggiran stasiun.
PAS BANGET kami tiba di penyeberangan, kereta ekonomi tujuan Bogor lewat.
Barep panik sepanik paniknya. "Buruaaaaann"
"tunggu dulu dih... keretanya masih jalan!!"

Pas keretanya berhenti, kami nyebrang bak orang kesurupan.
Barep ngacir beli karcis. Aku nunggu di tangga.
"buruan buruan" kataku sambil lari ditempat. panik.

"Keretaku tak berhenti lama," ya. syair itu betul.
"marilah naik dengan percuma" yang ini agak diragukan karena aku yakin petugas gak akan mengizinkan kami melewati batas penjagaannya untuk naik kereta cuma-cuma.

Barep udah selesai beli karcis, aku menerobos penjagaan sambil nunjuk Barep. (artinya: tuh karcisnya sama Barep!)
Kereta udah jalan, panik banget. nggak sempat lagi mikirin naiknya kaki kiri atau kanan duluan.
baru menginjakkan kaki satu langkah, aku terjerembab ke lantai.
"eeehh...... hati-hati bu," kata orang-orang panik.
Barep yang baru aja lompat kaget ngeliat aku nyungsep.

"lu ngapain no?"
MENURUT LOOOO?!
"sini karcisnya," aku berusaha tenang.
Agak heboh yee.... baru sadar, hampir segerbong orang-orang ngeliatin aku dan Barep.
"ambil minum, 2"
"eh nggak apa-apa kok pak," aku berusaha menenangkan.
Selebihnya diam-diam orang di sana mengomentari aksi kepepetku tadi.

"Kan nggak lucu banget kalo ketinggalan kereta yang udah di depan mata," kata Barep.
Aku mengangguk setuju. 'Till I reach my limit!

0 comments:

Post a Comment

Search This Blog